Didalam pengasingan di hutan Dandaka, Dewi Sinta, Rama dan Laksmana hidup bahagia. Sampai pada saatnya, seorang gadis cantik mendatangi Raden Laksmana. Gadis cantik itu bernama Dewi Sarpakenaka. Ia kelihatan jatuh cinta pada datang menggoda Laksmana. Tetapi Laksmana tidak tertarik dengan gadis itu. Gadis cantik itu selalu mencolak colek dan memeluk tubuh Laksmana. Laksmana merasa tidak nyaman, Laksmana menjadi risih. maka dipencetlah hidung Sarpakenaka keras-keras. Tak disangka ia berubah menjadi seorang raseksi. Laksmana terkejut ketika wanita cantik yang memeluknya, sesungguhnya seorang marah sekali, ia segera memanggil Karadusana,suaminya. Karadusana menjadi marah setelah mendapat laporan bahwa istrinya diperkosa oleh Laksmana. Langsung saja Karadusana menyerang Laksmana. Laksmana segera mengangkat senjata panah Surawijaya. Panah Surawijaya menuju sasaran, dan matilah Karadusana. Sepeninggal Karadusana, Sarpakenaka pergi menemui kakaknya, Prabu Dasamuka, Raja Alengka. Prabu Dasamuka tidak tertarik dengan cerita Sarpakenaka, malah tertarik dengan keberadaan tiga orang yang tinggal di hutan Dandaka. Untuk itu Prabu Dasamuka mengajak seorang kepercayaannya yang bernama Kala Marica. Seorang raksasa , walaupun tingkatannya seorang prajurit namun sakti, selalu menjadi andalan Prabu Dasamuka. Akhirnya Prabu Dasamuka mengetahui ketiga orang itu dalah Rama, Laksmana dan Dewi Sinta. Istimewanya lagi, seorang wanita cantik itu ternyata titisan Widawati. Prabu Dasamuka sangat bersenang Prabu Dasamuka memerintahkan Kala Marica berubah menjadi seekor kijang berbulu emas. Sebenarnya Prabu Dasamuka sedang merencanakan sesuatu pada Dewi Sinta. Prabu Dasamuka bersama anak buahnya, Kala Marica sejak tadi mengamati keadaan Dewi Sinta. Kijang berbulu emas penjelmaan Kala Marica ,bertugas menjauhkan Rama dari Dewi Sinta. Namun Rama dan Sinta tidak sadar akan adanya bahaya mengancam. Prabu Dasamuka akan menculik Dewi Sinta, karena titisan Dewi Widowati. Dewi Sinta minta Rama menangkap kijang itu. Rama segera mendekati kijang itu, dan kijang itu lari. Begitu berulang ulang terjadi sehingga Rama semakin lama semakin menjauhi tempat Dewi Sinta. Sementara Rama tidak terlihat lagi dari pandangan Dewi Sinta. Dewi Sinta merasa cemas. Sementara itu Rama terus mengikuti kijang emas yang kelihatan jinak,Berkali kali akan ditangkap kijang itu lari. Rama menjadi kesal dibuatnya, Akhirnya Rama melepaskan panahnya dan mengenai kijang emas, Kijang Emas berubah menjadi raksasa Kala Marica. Kala Marica berteriak menirukan suara Rama minta tolong. Dewi Sinta mendengar seseorang berteriak minta tolong. Dewi Sinta menyuruh Laksmana menyusul kakaknya yang sedang menangkap kijang. Laksmana tidak mau meninggalkan Dewi Sinta seorang diri, karena sesuai pesan Rama, Laksmana tidak boleh meninggalkan Dewi Laksmana tidak mau meninggalkan Dewi Sinta. Dewi Sinta marah, Dewi Sinta menuduh Laksmana mau memperkosa dirinya. Laksmana terkejut mendengar itu, akhirnya Laksmana, memohon dewa untuk mendengar sumpahnya, kalau dirinya tidak akan kawin untuk seumur hidupnya. Akhirnya Laksmana mengeluarkan pusakanya dan menggaris lingkaran di tanah sekeliling Dewi Sinta agar selamat dan tak akan terjangkau oleh siapapun. Laksmana berpesan agar Dewi Sinta jangan mendekati garis lingkar apalagi kalau sampai keluar dari lingkaran akan lingkaran itu sudah diberi rajah, sehingga orang yang akan berbuat tidak baik tidak akan bisa masuk kedalam garis lingkaran. Sepeninggal Rama dan Laksmana datanglah seorang peminta-minta yang sudah tua sekali, tubuhnya sudah renta, hampir-hampir tak bisa berjalan. Ia minta segelas air. Dewi Sinta mengambil segelas air dan mendekati peminta-minta itu, tapi begitu tangan yang memegang gelas keluar dari garis lingkaran, orang tua-tua itu langsung menangkap Dewi Sinta dan membawa terbang ke Angkasa. Ternyata ia adalah Prabu Dasamuka raja Alengka. Ditengah perjalanan diangkasa menuju Alengka, Prabu Dasamuka diburu oleh seekor burung Garuda. Maka terjadilah perkelahian antara Prabu Dasamuka yang sedang memanggul Dewi Sinta melawan Burung Garuda, Burung Garuda itu bernama Jatayu, adalah teman Prabu Dasarata dan Burung Jatayu berniat mengembalikan Dewi Sinta, ke Ayodya. Jatayu berhasil merebut Dewi Sinta, dan membawanya terbang menuju Ayodya. Namun Burung Jatayu dapat disusul oleh Prabu Dasamuka. Prabu Dasamuka dengan pedang Mantana membacok Jatayu hingga luka parah. Jatayu dan Dewi Sinta jatuh Dasamuka cepat memburu Dewi Sinta dan menangkapnya, lalu membawanya ke Alengka Diraja. Dewi Sinta pun dibawa Prabu Dasamuka ke Alengka. Sedangkan tubuh Jatayu terus meluncur kebawah, dan dialah nantinya yang akan menjadi saksi bagi Rama dan Laksmana, mengenai keberadaan Dewi Sinta sekarang. Rama dan Laksmana kembali ketempat Dewi Sinta semula, namun mereka hanya mendapatkan segelas air yang terguling diluar pagar lingkaran Laksmana. Rama dan Laksmana mencari Dewi Sinta disekitar tempat itu. Namun tidak diketemukan. Rama dan Laksmana akhirnya mendapatkan seekor Burung Garuda yang penuh dengan darah. Rama curiga burung itu telah memakan Dewi Sinta. Tiba-tiba burung Garuda Jatayu, berkata, kalau tadi baru berkelahi dengan Rahwana. Jatayu menceritakan bahwa ia berusaha menyelamatkan Dewi Sinta yang diculik oleh Rahwana. Sedetik kemudian Jatayu mati karena terluka parah..
dalamnovel Sinta Obong karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari (2) Mendeskripsikan perbedaan sudut pandang pengarang dalam novel Sinta Obong karya Ardian Kresna dengan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis.
Selain sebagai komplek percandian terluas, Candi Penataran juga memiliki kekhasan dalam ikonografi reliefnya. Gaya reliefnya menunjukkan bentuk yang jelas. Relief Ramayana ini terletak pada dinding candi utama Candi Penataran. Kisah ramayana digambarkan dalam kisah asmara yang penuh ujian anatara rama dengan shinta. Cerita ini diawali dari cerita Hanuman diutus ke Alengka Wayang ”Hanuman Duta”, dan diakhiri dengan adegan Kumbhakarna gugur. Semuanya dipahat di 102 panil, dan masing-masing adegan dibatasi oleh ragam hias medalion. Adegan dimulai di sebelah Barat dekat tangga dan harus dibaca mengikuti alur prasawya dengan candi di sebelah kiri. Konon diceriterakan bahwa tentang Raja Dasaratna dari negeri Ayodhya mempunya empat orang putra dari tiga permaisurinya. Kausalya berputra Rama, yang sulung Kaykeyi berputra Bharata, dan Sumitra berputra laksmana dan satrugna. Suatu ketika Resi Wismamitra minta bantuan Rama untuk mengalahkan raksasa yang mengganggu pertapaannya. Para raksasa yang dipimpin Marica dapat dikalahkan oleh Rama dan Laksmana. Kemudian atas saran Wismamitra Rama dan Laksmana pergi ke Negeri Mithila, yang rajanya bernama Prabu Janaka sedang mengadakan sayembara untuk putrinya Dewi Sinta. Rama berhasil memenangkan sayembara dan berhak meminang Dewi Sinta dan membawanya sebagai istri pulang ke Ayodhya. Ketika Rama akan dinobatkan menjadi Raja Ayodhya, keikeyi memperingatkan Raja Dasaratha tentang janjinya bahwa yang akan mewarisi tahtanya adalah Bharata, maka dengan berat hati tahta-pun diserahkan kepada Bharata. Walaupun Bharata menginginkan Rama yang meneruskan tahta, namun Rama menolak dan memilih untuk meninggalkan kerajaan dan hidup dihutan bersama istri dan laksmana. Selama pengembaraannya di hutan, Rama, Sita, dan Laksmana berhasil membunuh Wiradha raksasa yang mengganggu mereka. Kemudian mereka menetap di pertapaan Sutiksna sebagai pertapa. Dikisahkan ada seorang raja Alengkadiraja, yaitu Prabu Rahwana sedang kasmaran dan menginginkan Dewi Sinta menjadi istrinya karena menganggap Dewi sinta adalah sebagai titisan Dewi Widowati yang selama ini diimpikannya. Oleh karena itu, saat Rama, Sinta dan Laksmana sedang melintasi hutan Dandaka, si Prabu Rahwana mengintai mereka untuk menculik Sinta. Kemudian dengan siasatnya, Rahwana mengubah seorang hambanya Marica menjadi kijang emas, dengan tujuan memancing Rama pergi berburu kijang jadi-jadian itu dan menjauh dari Sinta. Ketika Sinta melihat kijang emas tersebut dan meminta Rama agar menangkapnya, Marica terkena panah Rama dan menjerit kemudian lenyap. Sinta mengira yang menjerit adalah Rama minta tolong dan kemudian Sinta menyuruh Laksmana untuk melihatnya. Mulanya Laksmana tidak mau tapi karena desakan Sinta dengan mengatakan bahwa dia mau mengambil keuntungan dengan matinya Rama, akhirnya Laksmana mencari Rama. Kemudian Rahwana datang sebagai pertapa dan memawa Sita pergi lewat udara. Jeritan Sinta terdengar oleh Burung Jatayu sahabat ayah Rama dan menyerang Rahwana tapi dapat dikalahkan oleh Rahwana. Rama dan laksmana tahu kalau dia tertipu, kemudian mencari Sinta dan bertemu dengan Jatayu yang terluka parah. Sebelum mati Jatayu menceritakan apa yang sudah terjadi. Rama yang mengetahui istrinya diculik, segera mencari Rahwana ke Kerajaan Alengka dan bertemu dengan Sugriwa Raja Kiskendha. Atas bantuan Rama, Sugriwa berhasil merebut kerajaan dari kekuasaan kakaknya, Subali. Untuk membalas jasa, Sugriwa bersekutu dengan Rama untuk menggempur Alengka yang dibantu oleh Hanuman paman dari Sugriwa dan ribuan pasukan Wanara kera. Perjalanan sangat berat sehingga mereka hampir putus asa, tetapi diberi semangat oleh simpati adik Jatayu bagaimana agar dapat sampai ke Alengka. Setelah sampai di Gunung Mahendra dekat laut selatan mereka istirahat dan hanya Hanuman yang akan mengintai benteng musuh lebih dahulu. Dengan wujud aslinya Hanuman sampai di Taman Asoka dan bertemu dengan Sinta untuk menyampaikan maksud kedatangannya sebagai utusan Rama. Awalnya Sinta tidak percaya, kemudian Hanuman menunjukkan cincin pemberian Rama maka Sintapun percaya dan ia menitipkan surat dan manikam untuk disampaikan kepada Rama. Setelah tahu apa yang terjadi, Rahwana berusaha menangkap Hanuman dan Hanumanpun berhasil dijerat oleh Meghanada Indrajit anak Rahwana dengan panah ularnya. Rahwana menyuruh agar Hanuman dibakar hidup-hidup , namun Hanuman berhasil meloloskan diri dan kembali ke Gunung Malyawan untuk menyerahkan surat dan manikam dari Sinta pada Rama. Sementara itu Rahwana dinasehati oleh kerabatnya, seperti Sumali kakeknya, Kumbhakarna dan Wibbisana adiknya agar mengembalikan Sinta kepada Rama. Akan tetapi Rahwana tidak mau dan bahkan mengusir Wibbisana yang kemudian bergabung dengan Rama. Untuk sampai ke Alengka atas nasehat Wibbisana pasukan Rama membendung laut sebagai jalan ke Alengka. Sampai di ALengka terjadilah pertempuran dahsyat antara pasukan kera dan para raksasa. Rama dan Laksmana berhasil dijerat dengan panah ular oleh Indrajit. Mengetahui hal ini, Sinta putus asa dan hampir bunuh diri karena merasa tidak akan bertemu lagi dengan Rama suaminya. Namun karena doa dan puj-pijian dari para Resi , maka lilitannya putus dan kesehatan Rama dan Laksmana pulih kembali. Akan tetapi Indrajit kembali maju dan berhasil membius semua pasukan kera, termasuk Rama dan Laksmana, hanya Wibbisana yang tidak terbius. Wibbisanapun membangunkan Hanuman agar mencari akar dan daun-daunan di Gunung Himalaya untuk obat. Dengan obat itu pasukan kera kembali sadar dan terus melawan Indrajit dimana akhirnya Indrajit mati oleh panah Laksmana. Selanjutnya Rahwana mulai maju perang dan dalam peperangan ini, Laksmana terkena panah Amogha milik Rahwana. Kembali atas pengobatan yang diberikan oleh Wibbisana, Laksmana berhasil disembuhkan. Akhirnya Rama berhasil memutuskan kesepuluh kepala Rahwana dengan panah pemberian dari Dewa Indra, Wibbisana sedih dengan kematian Rahwana tapi dihibur oleh Rama bahwa kakaknya mati sebagai pahlawan, dan dia harus menggantikan kakaknya sebagai raja di Alengka. Ketika Rama dipertemukan dengan Sinta istrinya, ia memerintahkan istrinya agar mensucikan diri lebih dahulu karena telah tinggal lama dengan musuh. Rama juga mengatakan tidak mau menjadi suaminya lagi, lebih baik Sinta bersuamikan Laksmana, Wibbisana, atau Bharata. Kecewa karena sakit hati, Sinta bertekat akan membakar dirinya, tetapi ketika masuk ke dalam api, ia berubah menjadi bunga teratai emas. Sedangkan Dewa Agni dan Siwa menampakkan diri menyakinkan Rama bahwa istrinya tetap setia dan masih suci. Akhirnya Rama mau menerima Sinta dan kembali ke Ayodhya disertai para sahabatnya dan diterima dengan meriah oleh Bhatara dan rakyat Ayodhya. REFRENSI
DewiSinta diculik dening Rahwana kang nyamar dadi wong jaluk-jaluk. Menyimak cerita Ramayana Kidang Kencana tersebut bisa disimpulkan betapa mudahnya memikat hati seseorang. Betapa mudahnya memberi iming-iming dan bisa menjerat seseorang masuk dalam bahaya, hanya dengan kijang yang berwarna kuning keemasan.
merupakan negara yang kaya akan budaya. Sebagai sebuah negara kepulauan, kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia menjadi sangat beragam. Salah satu dari sekian banyak karya seni yang ada adalah wayang. Wayang merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia Indonesia karena proses spiritual. Wayang kulit purwa menurut perkembangannya bukan hanya merupakan tontonan semata, namun juga merupakan tuntunan bagi penonton dan penikmatnya. Wayang kulit purwa banyak mengajarkan nilai-nilai luhur yang adiluhung tidak hanya nilai-nilai kejuangan, namun juga nilai-nilai feminis. Emansipasi wanita, sering dinisbatkan menjadi gerakan tuntutan agar kaum perempuan bisa masuk ke bidang-bidang yang diminati sama dengan pria bahkan tak jarang, sampai masuk ke wilayah agama yang sudah jelas dasar dan ketentuannya. Feminisme akhirnya menjadi global theology agama global. Hal seperti ini tentunya memunculkan banyak kekhawatiran yang mendalam dalam masyarakat Indonesia terutama pemuka agama dan tokoh adat sehingga diperlukan suatu reinterpretasi tentang emansipasi dan niai-nilai feminisme yang sesuai dengan latar belakang budaya masyarakat gender yang sering muncul akhir-akhir ini mengakibatkan perempuan semakin tereksploitasi dan diperlakukan tidak adil. Perempuan diwajibkan memainkan tiga peran sekaligus, yaitu peran produktif, mengelola rumah tangga, dan menjalin hubungan dengan masyarakat. Adanya peran perempuan seperti tersebut di atas, peran laki-laki di bidang produksi akan semakin tinggi dan mengakibatkan sifat ingin berkuasanya laki-laki akan semakin besar. Perempuan, dalam kehidupan sehari-hari seolah-olah ditakdirkan untuk menjadi abdi dan pelayan suami dalam segala hal, sedangkan segala keputusan ada di tangan laki-laki. Ketidakberesan dalam urusan rumah tangga pun selalu dilimpahkan kepada kesalahan sang istri. Ketimpangan gender seperti tersebut di atas mengakibatkan pandangan masyarakat terhadap pekerjaan rumah tangga kaum perempuan menjadi rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Sementara perempuan menerima saja apa adanya akan peran gender mereka, dan laki-laki tidak diwajibkan bekerja di bidang domestik. Semua itu telah dilanggengkan berdasarkan budaya yang sudah ada. Anggapan seperti itu telah ada sejak dahulu, dan hal itu membuat setiap perempuan semakin takut untuk mencoba keluar dari peran gender mereka. Perempuan semakin pasrah dan diam kepada keputusan yang dibuat oleh laki-laki. Persoalan-persoalan feminisme khususnya feminisme dalam cerita pergelaran wayang kulit purwa menjadi sesuatu yang dapat dijadikan bahan diskusi. Sebagai salah seorang tokoh wanita dalam pagelaran wayang kulit purwa yang diambil dari seri cerita Ramayana, Dewi Shinta memiliki peranan penting dalam berbagai lakon atau ceritanya selama perjalanan hidupnya, di antaranya Pertama, Dewi Shinta adalah gambaran seorang isteri yang setia terhadap suaminya dalam suka maupun duka. Dikisahkan bahwa Dewi shinta adalah seorang puteri raja yang menjadi anak kesayangan ayahnya, sudah barang tentu Dewi Shinta tumbuh dan besar dalam suasana yang serba mewah dan berkecukupan. Mungkin dapat dikisahkan bahwa selama hidupnya Shinta selalu merasa senang, namun saat suaminya harus meninggalkan istana dan tinggal di hutan karena menjalani masa pembuangan, Dewi Shinta lebih memilih untuk meninggalkan kenikmatan dan kemewahan istana demi untuk mengikuti suaminya hidup sengsara di tengah hutan selama 14 tahun. Kondisi yang dialami Dewi Shinta pada saat itu tentu bukanlah kondisi yang mudah dan bisa dialami oleh setiap perempuan, Karena untuk melakukan hal tersebut diperlukan keteguhan hati dan dengan kesadaran penuh akan menghadapi bahaya dan banyak kesulitan ke depannya dalam mengarungi kehidupan rumah tangga dengan Rama. Kondisi seperti tersebut sudah barang tentu merupakan suatu hal yang patut dijadikan nilai terpuji bagi seorang perempuan. Di saat banyak perempuan yang hanya menuntut fasilitas dan kemewahan, sikap Shinta menunjukkan bahwa sebagai seorang isteri, dirinya akan setia mendampingi suaminya dalam suka maupun duka. Sikap Shinta yang demikian sudah barang tentu tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna. Di sisi lain jiwa kewanitaan Shinta yang menginginkan sesuatu yang mewakili nilai keindahan dan kemewahan Kijang Kencana tidak bisa dihindari. Justru dalam hal ini dikisahkan bahwa keinginan Shinta yang berada dalam kapasitas “ego”nya tersebut pada akhirnya membawa mala petaka besar, yaitu perang adalah sosok wanita setia dan tahan terhadap godaan serta berpendirian teguh. Cerita Ramayana mengisahkan bahwa dalam penyekapannya penculikannya yang dilakukan oleh Rahwana, Shinta tergolong sebagai perempuan yang setia dan teguh pada pendiriannya. Meskipun Shinta hidup dalam penyekapan Rahwana selama bertahun-tahun, namun dirinya dapat menjaga kesuciannya dengan ancaman bahwa dirinya akan bunuh diri menggunakan cundrik-nya jika Rahwana memaksakan kehendaknya. Dalam kondisi di dalam penyekapan itulah Shinta mendapatkan kesadaran bahwa keinginannya untuk mendapatkan Kijang Kencana membuahkan malapetaka bagi semua orang di Alengka. Kemudian Shinta bertekat untuk akan terus menjalani perjalanan hidupnya dengan penuh keikhlasan untuk menebus dosanya. Kesadaran Dewi Sinta membuka selubung hijab, aku ini siapa? Untuk apa aku di dunia? Apakah ada rencana besar Hyang Widhi untuk melenyapkan keangkaramurkaan, atau untuk melenyapkan etnis raksasa, perpaduan antara manusia dan binatang? Dia telah mendapat peran yang harus dijalankannya dengan baik. Dewi Sinta sadar dirinya terlibat kepada Hukum Sebab-Akibat, dan dia akan menjalaninya dengan penuh kesadaran. Kemudian Dewi Sinta memahami adanya Hukum Evolusi, termasuk evolusi dalam kesadaran. Keputusannya sudah bulat semua akan dilakoninya dengan penuh kesadaran. Shinta adalah sosok wanita yang religious. Ramayana menceritakan bahwa dalam keadaan no-mind, Shinta pasrah kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Ketika Rahwana beserta balatentaranya berhasil dihancurkan pasukan Sri Rama. Dan, ketika Sri Rama tidak mau menjajah negara Alengka dengan menyerahkan tampuk pimpinan kerajaan Alengka kepada Wibisana adik Rahwana, Dewi Shinta semakin bersyukur kepada Tuhan dikarenakan dirinya dikaruniai suami yang bijaksana. Kebahagiaan bersatu kembali dengan Sri Rama pun dijalani dengan penuh kesadaran. . Bahkan ketika Sri Rama mengikuti pendapat penduduk negaranya untuk tes uji kesucian bagi dirinya, Dewi Shinta menerima dengan penuh kesadaran. Shinta berpandangan bahwa dirinya telah melakukan banyak hal yang buruk yang pada akhirnya menyebabkan kesengsaraan banyak makhluk hidup di muka bumi. Maka apabila Hyang Widhi pada akhirnya akan mengambilnya dalam api upacara yang membakar dirinya hidup hidup, dirinyapun akan menerima dengan tegar dan pasrah. Hingga pada akhirnya seluruh negeri terkesima dengan selamatnya Dewi Sinta dari amukan api. Seluruh negeri menerima kembali Dewi Sinta sebagai permaisuri dari Sri Rama. Seseorang yang menyadari hakikat kehidupan, bahwa hidup di dunia ini terikat dengan hukum alam maka dia akan dapat menerima kejadian apa pun yang menimpanya. Perjuangan meningkatkan kesadaran tak pernah berhenti. Karena hidup di alam dan bahan bakunya dari alam, maka seseorang memang tidak bisa melepaskan diri dari alam. Tetapi alam akan membantu seseorang yang serius mendarmabaktikan dirinya bagi alam. Keempat, Dewi Sinta mengasingkan diri demi keutuhan kerajaan Ayodya. Perjalanan kehidupan seseorang mempunyai alur-alur baru yang sering diluar nalarnya. Setelah mengalami kebahagiaan Bersama Sri Rama menjadi permaisuri di kerajaan Ayodya, dia masih saja mendengar banyaknya suara-suara penduduk yang tetap menyangsikan kesuciannya walau dia sudah selamat dibakar di atas api. Sri Rama adalah raja besar yang bijaksana, dan juga seorang suami yang baik. Tetapi sebagai seorang raja, Sri Rama sudah seharusnya lebih mementingkan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi. Dewi Sinta adalah seorang istri yang luar biasa baiknya, tetapi dia lebih mementingkan negara dari pada kepentingan pribadinya. Demi negara, demi suami tercinta, pada malam hari dia menyelinap ke luar istana pergi jauh meninggalkan istana. Setelah itu dia seakan lenyap ditelan rimba. Hanya berbekal keyakinan kepada Hyang Widhi, dia merelakan segala-galanya.
. 129 379 21 203 205 495 102 30
cerita ramayana dan dewi sinta